Kamis, 13 Maret 2014

Ho’oponopono untuk Membersihkan Memori Negatif. Mengaku Salah, bukan Mengaku Kalah

BY Unknown IN No comments

Saat Alan Greenspan didesak di hadapan Kongres Amerika dan secara langsung ditanya: “Apakah Anda bersalah?” atas terjadinya krisis global, ia menjawab: “Ya, sebagian saja”. Kita lihat betapa pamornya yang bertahun-tahun dikagumi dunia karena pemikiran-pemikirannya yang cemerlang, sirna karena jawabannya yang seakan berusaha tidak mengalokasikan kesalahannya lebih lebar daripada tindakan kongkritnya. Andaikan saja seorang bernama besar seperti itu bisa mengambil tanggung jawab dan menganggap bahwa krisis sebagian besar adalah kesalahannya, dunia justeru akan lebih bersimpati dan menghormatinya. Pengakuan atas kesalahan pribadi atau kelalaian, tidak sekonyong-konyong menjatuhkan pamor, malahan bisa menjadi tindakan ksatria yang bisa membangun kredibilitas, rasa percaya dan bisa membawa tim untuk mengambil tindakan perbaikan diri bersama. Rasa memiliki bukan saja terasa kalau lembaga atau Negara sedang aman-aman saja, tapi justru pada saat seseorang memilih untuk maju dan mengatakan :”Ini salah saya”.


Mengaku salah, kadang berat karena seolah-olah mengaku kalah. Namun, pasang badang mengaku salah, sebenarnya sangat erat hubungannya dengan ‘sense of belonging’ yang sering didengung-dengungkan orang. Kita lihat betapa banyak pimpinan atau mantan pimpinan berlomba-lomba mengklaim sukses yang ia buat di masanya, namun saling lempar tanggung jawab bila diangkat mengenai kesalahan kebijakan atau pengambilan keputusan yang ia buat.

Bila seseorang bisa mengakui kesalahan, ia secara otomatis akan lebih berupaya mengambil tindakan atas masalah yang berada dalam ‘jangkauannya’, lebih bebas mengalokasi perbaikan dan mengganti arah untuk sukses selanjutnya. Tentu saja permintaan maaf juga tidak kita harapkan tanpa penghayatan, tanpa ketulusan atau bahkan sebagai suatu alat untuk menghindari terbukanya kesalahan yang lebih dalam. Permintaan maaf, terutama yang keluar dari seorang pemimpin adalah bukti atau praktik penalarannya. Dibuka dengan pernyataan pengakuan atas tanggung jawabnya, seorang pemimpin sebetulnya lebih mudah mengelola resiko, membuka pikiran orang di sekitarnya, membuka diskusi yang lebih dalam, terbuka dan jujur demi “corrective actions”.


Ho’o ponopono
Ho’oponopono mengajarkan kita untuk Bertanggung jawab sepenuhnya atas kehidupan kita, baik kehidupan kita sendiri maupun terhadap segala peristiwa di dunia yang beritanya masuk ke dunia persepsi kita.

Dengan mempraktekkan Ho’oponopono, maka diri serta pikiran kita akan terus menerus diingatkan sehingga pikiran kita secara otomatis selalu menyensor dan membersihkan pikiran-pikiran negative yang muncul. Ya, pikiran-pikiran negative seperti kekhawatiran, menghakimi, dan melarutkan diri dalam masalah yang dihadapi, dan lain sebagainya. Sebenarnya dengan membiarkan diri kita hidup dalam pikiran-pikiran negative itu, dan mengakumulasinya dari hari ke hari, ini akan menyebabkan diri kita semakin jauh dari Tuhan, ini artinya seakan-akan kita mengatakan pada Tuhan bahwa kita tidak membutuhkan bantuan-Nya.

Mempraktekkan Ho’oponopono akan membantu kita untuk belajar melepaskan “ikatan” kita pada setiap pikiran negative dan permasalahan yang kita hadapi. Karena seperti yang kita ketahui, ketika kita larut dalam pikiran negative kita, misalnya kekhawatiran, maka sebenarnya kita semakin menambahkan kekhawatiran itu dalam memori kita alih-alih menghilangkan dan melenyapkannya.
Dengan mempraktekan Ho’oponopono, maka Ho’oponopono akan selalu membantu kita untuk selalu percaya dan memasrahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan. Ya, karena kita percaya bahwa kehendak Tuhanlah yang terbaik.

Ya, setiap kali mempraktekkan Ho’oponopono, maka turut membantu menghapus memori yang terakumulai di dunia ini.

Bagaimana Cara Mempraktekkan Ho’oponopono untuk Membersihkan Memori Negatif?
Sangatlah mudah untuk mempraktekkan Ho’oponopono dan membantu membersihkan berbagai memori yang ada di dunia ini. Kita dapat mengafirmasikan dan mengulang-ulang kalimat-kalimat sebagai berikut :
“Saya Menyesal” atau “I am Sorry”,
“Maafkan Saya” atau “Forgive Me”,
“Terima kasih” atau “Thank You”,
“Saya Mencintaimu” atau “I Love You”

Ya, sesederhana itu untuk melakukan perubahan dalam hidup kita. Setiap kali kita mengulang-ulang baik salah satu saja maupun seluruh kalimat itu, ini artinya kita sedang melepaskan ingatan-ingatan negative dari pikiran kita. Dan tindakan selanjutnya adalah memasrahkan diri dan percaya sepenuhnya dengan ikhlas kepada Tuhan, biarkan Tuhan dengan kuasa-Nya yang ajaib dan mengagumkan menghapus berbagai memori-memori negative dari pikiran kita.

0 komentar:

Posting Komentar