Selasa, 11 Maret 2014

Pengakuan Pertama (Cerpen)

BY Unknown IN No comments

Aku bangun dari tidurku. Tak kusangka jam sudah menunjukan jam 6 pagi akubergegas  menuju kamar mandi dan sarapan.Tanpa sadar, waktu telah menunjukan pukul 6:40 dengan terburu-buru aku berlarimenuju ke sekolah yang jaraknya cukup jauh dari rumahku. akhirnya aku sampai digerbang skolah yang hampir di tutup. Aku pun bergegas menuju ke kelas, namun sesampainya disana guru yang mengajar belum masuk kelas, sampai menunggu gurudatang q meluangkan waktuku dengan melihat ke arah jendela karena kursi yang kududuki berdekatan dengan meja guru paling depan, q menyukai tempat ini karena dengan begini aku bisa melihat pemandangan yang menenangkanku dari kebisingan di kelas ini. Tak lama kelas menjadi hening, namun aku tak peduli dengan itu,dan tetap melihat ke arah jendela. Saat itu q mendengar guru memperkenalkan seorang murid pindahan baru.
“Selamat pagi anak-anak, hari ini ibu akan memperkenalkan teman barukalian, Ibu harap kalian bisa cepat akrab dengannya, silahkan perkenalkan dirimu, nak !”


Setelah itu q mendengar suara seseorang yang tak asing bagiku.
                “Namaku Yukarina, kalian boleh memanggilku Yuka. Mohon bimbingannya”
Saat itulah qmulai melihat ke arah asal suara, dan ternyata tidak salah lagi dia benar-benaryuka teman masa kecilku. Dia sekarang menjadi seorang yang cantik dengan rambut panjang di ikat rapi, dulu kami sering main bersama. Namun q terlalu malu untuk menyapanya duluan, ibu menunjuk ke kursi yang kosong yang mana itu adalah kursi sebelahku, memang benar di kelasku hanya q saja yang duduk sendirian saat itu,dengan wajah memalingkan diri ke jendela karena malu dan aku takut bahwa dia sudah tak ingat lagi denganku. Saat itu suara langkah kaki menghampiriku,dadaku berdetak kencang tak karuan lalu tiba-tiba,,,
                “Onii-chan, selamat pagi”
Panggilan itu, ternyata ia masih ingat denganku. Saat itulah aku memberanikan diri untuk menatap wajahnya yang sudah berdiri di samping mejaku, hatiku menjadi tak karuan qingin membalas sapaanya namun sesuatu membuatku takut, melihat senyumnya yang manis dan suaranya yang halus, itu membuatku senang sekali. Lalu q membalas sapaannya, dengan wajah agak membungkuk malu.
                “Se...Selamat Pagi, Yuka-Chan”
Dengan nada gagap, q membalas sapaannya, lalu dia tertawa kecil yang membuatku bertambah malu. Namun saat itu ia mendekati telingaku dan berkata.
                “Aku senang kau masih mengingatku, Onii-Chan”
Dan akhirnya iaduduk, tanpa menunggu balasan dariku. Kelas terasa hening, mereka menatap kearah kami, namun tanpa berkomentar apapun.
                Kami memanggil satu sama lain memang unik, itu karena untuk mengingatkan janji kita bahwa kita tak akan saling melupakan satu sama lain, oleh karena itu sampai kita SMA pun ia tetap memanggilku Onii-chan, untuk mengingat janji kita dulu.
                Dengan hati kebingungan qberusaha untuk berbicara dengannya agar tak membuatnya marah karena sikapkuini, namun di lihat dari wajahnya ia terlihat tenang saja dengan memperhatikan guru menerangkan pelajaran yang sedang berlangsung, sampai bel istirahat pun berbunyi. Kali ini aku berusaha untuk mengajaknya bicara namun,
                “hey, dean. Kenapa kau tak bilang kalau kau punya teman yang cantik, harusnya kau memperkenalkannya padaku”
Sahabatku bernama Zuffy ini  langsung menghampiri mejakudan menatapku dengan tatapan yang cemberut. Dia seorang yang tampan, banyak seorang gadis yang membicarakannya namun dia terlalu polos dan sifatnya yang baik itu juga salah satunya di sukai para gadis dan satu-satunya sahabat baikku.
                “bu...bukan begitu, tapi dia teman masa kecilku jadi aku saja baru bertemu sekarang”
Dengan nada masih gagap, q menjawabnya.
                “Oh... Begitu, kalau begitu q kekantin dulu y, mungkin kau akan sibuk kali ini, dach”
Tanpa banyak bertanya lagi dia meninggalkanku kemudian pergi ke kantin, mungkin dia tahu keadaan hatiku sekarang. Saat ia pergi,
                “neh.. Onii-Chan, apa kau ingin makan bersamaku ?
Tiba-tiba saja ia mengajakku makan, namun q tak membawa bekal dan aku pun memang jarang ke kantin untuk makan saat istirahat, yang kulakuan hanyalah tidur saat bosan.
                “ta... tapi,, q tak membawa bekal, dan aku pun memang jarang makan saat istirahat” kataku
                “kalau begitu kenapa kita tidak makan saja bekalku, hari ini aku membuatnya terlalu banyak, aku tak mungkin menghabiskannya sendirian”
Kata-katanya sungguh halus, membuatku bingung apa yang harus kulakukan, sebenarnya aku tak ingin membebaninya namun di lain hati aku juga senang mendengar penawarannya.
                “Onii-Chan,,, katakan aaaahhhhh”
Tanpa mendengar jawaban dariku dia langsung berusaha menyuapiku, aku sangat bingung. Namun tanpa sadar dalam kebingungan itu aku membuka mulutku. Dia pun menyuapiku. Ini enak sekali.
                “Apa kau yang membuatnya,Yuka-Chan ?”
Dengan nada biasaaku mengajukan pertanyaan padanya,
                “heem, aku membuatnya sendiri,bagaimana rasanya ?”
                “ini enak sekali, aku tak tahu kalau kau pandai memasak”
Hatiku saat ini mulai tenang, sedikit demi sedikit, q bisa berbicara normal dengannya.
                “tentu saja, kita kan sudah 8 tahun tidak bertemu”
Benar juga, saat itu dia meninggalkanku saat umur kita 8 tahun karena pekerjaan orang tuanya dia harus pindah sekolah, saat itulah kita membuat perjanjian untuk tidak melupakan satu sama lain.
                “neh,,, Onii-Chan, q menyukaimu, berkencanlah denganku ! ”
Suaranyamengagetkanku, tiba-tiba hatiku menjadi tak karuan, mana mungkin seorang yang skarang telah menjadi cantik dan baik sperti ia menyukaiku, padahal kita baru bertemu setelah skian lama berpisah. namun saat itu aku juga menyukainya. Hanya saja aku terlalu malu untuk mengatakannnya.
                “Onii-chan tak perlu memaksakan diri, q akan menunggu jawabannya kapanpun itu”
Itu sedikit menenangkanku, saat itu kami berdua hanya diam. Aku tak tahu apa yang harus kukatakan, kita hanya memakan bekal itu bersama lagi namun ia tak menyuapiku lagi, mungkin karena malu juga.
                Bell pelajaran masuk berbunyi, kita selesai memakan bekal yang dibawanya. Saat itu aku berfikir kapan q harus memberikan jawaban kepadanya, aku melihat kepadanya, seperti biasa dia mendengarkan pelajaran yang di berikan oleh guru dengan tenang sampai bell pulang sekolah berbunyi.
                “neehh, Yuka-Chan,  Maukah kau pulang bersamaku?”
Aku memberanikan diri untuk mengajaknya pulang bersama, namun q tetap memalingkan wajahku karna malu.
                “Tentu, Onii-Chan”
Senyumannya slalusaja membuatku tak tenang dengan melihatnya, akhirnya kita pulang bersama. kamipulang dengan berjalan kaki, rumahku tak jauh dari sekolahan hanya berjarak beberapa kilometer dari sekolahan, dan rumah Yuki juga hanya beberapa meter dari rumahku.
Akhirnya kami pun pulang bersama, namun perjalanan pulang terasa hening, tak satu pun dari kamimemulai pembicaraan, mungkin karena ia malu karena pengakuan tadi. Kami punsampai di rumahku,
                “Yuka-Chan, apa kamu mau main kerumahku?” q menawarinya dengan sedikit gugup di hatiku
                “apa boleh, tidakkah q akan merepotkanmu, Onii-Chan” dia membalasnya dengan senang
                “Tentu saja”
Q merasa sedikit lega mendengarnya, q takut kalau dia bosan kepadaku, dan membuatnya marah.
                “Aku pulang”
Tak ada yang menjawab salamku, ternyata rumah sedang sepi. Mungkin ibu sedang arisan, sedangkan ayah pasti masih kerja di siang hari begini.
                “Ibu dan ayahmu kemana?” Tanya Yuka dengan heran
                “Ibu mungkin sedang arisan sedangkan ayah pasti masih kerja” Jawabku
Yuka masih berdiri memandangi dalam rumahku, mungkin dia merasa heran dengan perubahan yang berada dalam rumahku.
                “Anggap saja rumah sendiri,Yuka-Chan”
Dengan tersenyumdia pun mulai duduk, dan aku pun menemaninya, banyak hal yang kita bicarakan melihatnya tertawa membuatku merasa lega, tanpa sadar waktu sudah menunjukan pukul 3 sore.
                “Sebaiknya aku pulang dulu”
                “Kalau begitu aku akanmengantarkanmu”
Dia hanya tersenyum, tanpa membalasnya. Akhirnya aku pun tetap mengantarnya pulang, namundalam perjalanan kami berdua hanya diam tanpa membicarakan apapun lagi. Namun di tengah perjalanan, tiba-tiba saja dia memojokanku di dinding, aku tak tahu ada apa dengannya. Dalam keheningan itu, entah mengapa ia sedikit aneh tapi aku membiarkannya, saat itu dengan perlahan dia memegang kedua tanganku, kemudian dengan perlahan mendekatkan birbirnya ke arah ku, itu membuatku hatiku berdetak kencang, pikiranku berantakan saat itu. Saat sudah mulai mendekat tanpa sadar  aku mendorongnya sampai ia terjatuh, saat itu aku melihat wajahnya yang kecewa, ketakutan, kesedihan, namun pikiranku sedang kacau saat itu, aku ingin meminta maaf padanya, namun sesuatu seperti menahanku, kemudian ia berdiri dan berlari pulang, dengan airmata yang ada di pipinya saat itu.
                “Yuka-Chan”
aku berusaha memanggilnya, namun ia tetap berlari, saat itu aku tak mengejarnya. Akhirnya aku pun pulang dengan merasa bersalah padanya, besok aku harus meminta maafpadanya pikirku.
                Ini sudah seminggu sejak kejadian itu, aku belum bisa meminta maaf padanya, sikapnya menjadi pendiam dan tak peduli saat itu, namun kita tetap pulang bersama. Saat itu aku sangat merasa bersalah padanya, q hanya malu untuk memulai pembicaraan dengannya. Namun aku memberanikan diri saat jam istirahat, aku berbicara dengannya.
                “Maafkan aku, aku tak bisa menerima pengakuanmu”
Dengan suara keras, sampai seisi kelas mendengarnya. Mungkin itu membuatnya malu, saat ituia menangis dan berlari keluar namun aku menahan tangan kanannya,
                “Aku tak bisa menerima pengakuanmu, karena seharusnya akulah yang mengaku kepadamu bahwa aku menyukaimu, Berkencanlah denganku !”
Ia tetap menangis memalingkan wajahnya dari hadapanku, kelas menjadi hening, semuanya diam sperti tidak ada siapapun saat itu, kali ini akulah yang merasa takut bahwa aku yang akan di tolaknya. Perlahan dia menghadapkan wajahnya ke arahku, dengan air matayang masih tersirat di wajahnya dia tersenyum padaku.
                “Ehmm”
Hanya itu yang ia katakan, yang mana berati ia menerimaku, aku memeluknya dengan waktu yang agak lama, namun ada yang aneh kelas tetap saja hening tanpa suara.
                “Apa Sudah selesai, Dean?”
Suara itu,,,ternyata sudah ada guru yang masuk, dengan cepat kami segera lepas dan duduk dengan menunduk malu, dan saat itulah semua teman-teman di kelas tertawa, kami berdua pun ikut tertawa senang, itu pengakuan pertama yang indah.

0 komentar:

Posting Komentar